16/10/2025

Warga Siding Tolak PT STAR, Khawatir Rusak Hutan dan Sumber Hidup

Tolak PT STAR

Mewakili masyarakat, Ketua Pemuda Adat Desa Siding, Jeprianto menolak keras rencana masuknya perusahaan kehutanan PT Sinergi Tangguh Alam Lestari di Kecamatan Siding. (Foto/InspirasiKalbar)

InspirasiKalbar, Bengkayang – Penolakan terhadap rencana masuknya perusahaan kehutanan PT Sinergi Tangguh Alam Lestari (PT STAR) terus menguat di Kecamatan Siding, Kabupaten Bengkayang.

Warga menilai kehadiran perusahaan itu bisa menghancurkan keseimbangan alam yang selama ini menjadi tumpuan hidup masyarakat adat.

Ketua Pemuda Adat Desa Siding, Jeprianto, menegaskan bahwa masyarakat tidak akan memberikan izin bagi PT STAR untuk mengelola kawasan hutan seluas lebih dari 35 ribu hektare.

Bupati Alexander Wilyo Tutup PSBD XI Ketapang: Ketapang Rumah Besar untuk Semua

Ia menilai aktivitas perusahaan hanya akan membawa kerusakan pada lingkungan di wilayah perbatasan Indonesia–Malaysia tersebut.

“Kami menolak PT STAR karena keberadaannya bisa merusak hutan, sumber air, dan gunung yang menjadi sumber kehidupan kami,” ujar Jeprianto, Minggu (12/10), di Gunung Ngoyan, Desa Siding.

Menurutnya, pembukaan kawasan hutan akan memicu penurunan kualitas udara dan air, mengancam kesehatan warga, serta mengganggu akses transportasi. Ia menegaskan bahwa tanah di wilayah Siding bukan lahan kosong seperti yang di anggap pihak luar.

Kejari Bengkayang Tahan Tersangka Penjual 800 Ribu Batang Rokok Kalbaco Ilegal

“Lahan ini sudah kami kelola secara turun-temurun. Kami berkebun, mengambil hasil hutan, dan hidup dari alam di sini. Kalau hutan rusak, kami kehilangan segalanya,” tegasnya.

Warga juga memprotes pemasangan spanduk pengumuman studi AMDAL yang di lakukan perusahaan tanpa melibatkan masyarakat. Aksi sepihak itu memicu keresahan karena warga merasa tidak pernah diajak berdialog terkait rencana investasi tersebut.

SPBU Lintang Batang Rusak Akibat Rebutan BBM, Dugaan Mafia “Tangki Siluman” Menguat

“Masyarakat Siding akan terus menjaga hutan dan menolak segala bentuk eksploitasi yang mengancam lingkungan,” lanjut Jeprianto. “Kami ingin pembangunan yang berpihak pada manusia dan alam, bukan yang menghancurkan keduanya.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *