Program PASTI Dorong Gizi Lokal dan Edukasi Remaja Cegah Stunting

Foto Implemen tasi program PASTI kepada Awak Media di Pontianak
Inspirasikalbar, PONTIANAK –Program ini tidak hanya menitikberatkan pada intervensi gizi, tetapi juga pendekatan edukatif dan pemberdayaan berbasis kearifan lokal.
Nasional Program Manager PASTI, Hotmianida Panjaitan, menjelaskan bahwa salah satu fokus utama program adalah penanganan anak berisiko stunting, terutama anak 2T (dua kali penimbangan berat badan di posyandu tidak naik) dan anak 1T (satu kali tidak naik).
“Anak-anak ini kami tangani dengan pemberian makanan tambahan padat gizi sebanyak 600 kalori yang bersumber dari bahan pangan lokal. Menu di susun sesuai kearifan lokal dan tidak mengurangi waktu makan mereka di rumah,” jelas Hotmianida.
Melalui kelas gizi Dasyat, anak-anak mendapat tambahan satu kali makan di luar pola makan harian. Hasilnya terlihat signifikan, karena dalam 12 hari rata-rata berat badan mereka mulai meningkat.
“Setelah itu di lanjutkan dengan kelas edukasi bagi orang tua, yang membahas pola asuh, pemberian makan, serta cara mengolah menu bergizi dari bahan lokal,” tambahnya.
Pendampingan di lakukan selama 90 hari agar anak dapat mencapai berat badan ideal dan keluar dari kategori berisiko stunting.
Selain itu, intervensi juga menyasar ibu hamil dan keluarga berisiko stunting. Mereka mendapatkan pengetahuan tentang ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI), hingga pencegahan kekurangan energi kronis (KEK).
“Ibu hamil yang berisiko KEK kami ikutkan dalam kelas gizi selama 12 hari. Indikator keberhasilannya adalah berat badan ibu naik. Puji Tuhan, sebagian besar berhasil,” ujar Hotmianida.
Program PASTI Bagi Remaja
Program PASTI juga memperhatikan remaja putri melalui edukasi pentingnya konsumsi tablet tambah darah (TTD). Ia mengungkapkan, banyak remaja yang tidak mengonsumsi TTD karena takut gemuk atau ingin terlihat langsing.
“Kami ajarkan apa akibatnya kalau anemia, dan mereka kami latih agar bisa mengedukasi teman-temannya,” tegasnya.
Pencegahan stunting
Sementara itu, Rindang Gunawati, Perwakilan BKKBN Provinsi Kalimantan Barat, mengatakan bahwa pencegahan stunting mencakup intervensi nutrisi dan non-nutrisi.
“Selain asupan gizi, kami juga mendorong penyediaan rumah layak huni, air bersih, dan jamban sehat. Itu bagian penting dalam membentuk lingkungan sehat bagi keluarga,” ujarnya.
Rindang menambahkan, edukasi juga diberikan kepada remaja melalui program Generasi Remaja (Genre), yang melibatkan remaja sebagai agen perubahan di masyarakat. Berdasarkan data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI), beberapa daerah yang menjadi fokus intervensi di Kalbar meliputi Melawi, Sambas, dan Kubu Raya.
Selain PASTI, BKKBN juga melaksanakan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menyasar ibu hamil, ibu menyusui, dan balita non-PAUD, di kenal dengan istilah 3B.
“Penyaluran MBG di Kalbar baru di lakukan di beberapa titik seperti Pontianak Tenggara, Pontianak Barat, Sungai Raya (Kubu Raya), Sambas, Kota Pontianak, dan Landak,” terang Rindang.
Dengan sinergi antarprogram, kombinasi intervensi gizi, edukasi keluarga, dan pemberdayaan remaja, PASTI di harapkan menjadi langkah nyata dalam mewujudkan generasi Kalimantan Barat yang lebih sehat dan bebas stunting.