Perjuangan Ulmy Rakhmadani untuk Mencerdaskan Anak Negeri di Perbatasan

Kisah Guru di Perbatasan

Berita, Nasional290 Dilihat

InspirasiKalbar, Bengkayang – Di pelosok Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, terdapat kisah inspiratif dari seorang guru bernama Ulmy Rakhmadani (35 tahun).

Setiap hari, Ulmy menempuh jalan berlumpur dan menyeberangi sungai berbatu demi mengajar di SDN 16 Pagoh, Desa Lombakarya, Kecamatan Ledo.

Ulmy adalah lulusan program Guru Garis Depan (GGD) Kemendikbud RI asal Kota Padang, Sumatera Barat, yang telah mengabdi sejak 2017 di sekolah tersebut.

Perjalanan Ulmy tidaklah mudah. Setiap pagi, ia berangkat dari rumahnya di Dusun Setiajaya, Desa Bengkilu, Kecamatan Tujuhbelas.

Jarak 8 kilometer yang di tempuhnya menuju sekolah penuh dengan tantangan ekstrem. Namun, hal ini tidak menyurutkan semangatnya untuk mengajar tujuh muridnya di Kelas V SDN 16 Pagoh.

Ulmy sebenarnya bisa tinggal lebih dekat dengan sekolah, namun karena keterbatasan fasilitas seperti listrik dan sinyal seluler, ia memilih tinggal di Desa Bengkilu.

Saat pertama kali datang ke Kalimantan Barat, Ulmy yang masih lajang di tempatkan sementara di rumah seorang warga oleh camat setempat demi kemudahan akses listrik dan internet.

Tujuh tahun telah berlalu, kini Ulmy sudah berkeluarga dan tetap memilih tinggal di Bengkilu meski jarak ke sekolah cukup jauh. Suaminya, Gatot Susanto Nugroho (36 tahun), merasa tak tega melihat Ulmy berjalan kaki atau mengendarai sepeda motor sendirian.

Ia pun memodifikasi sepeda motor menjadi bentor (becak motor) untuk mempermudah perjalanan istrinya.

“Kalau jalan kaki, terasa capek sekali. Itu bisa memakan waktu dua jam perjalanan. Tapi naik motor pun sering terpeleset, terkadang jatuh saat melewati jalan berlumpur,” kenang Ulmy.

Bentor inilah yang menjadi sarana utama Ulmy untuk mengantar jemput dirinya dan membawa kedua anaknya yang masih berusia empat dan dua tahun.

“Ndak mungkin kami tinggalkan anak-anak di rumah sendirian, jadi kami harus bawa tiap hari ke sekolah,” katanya.

Semangat Ulmy untuk mengajar tidak pernah surut meski harus menghadapi kondisi jalan yang sulit.

“Lebih ke rasa tanggung jawab yang mengalahkan rasa takut saya. Apalagi melihat antusias anak-anak yang menanti kedatangan kami di sekolah, itu yang membuat saya termotivasi untuk tetap datang,” pungkasnya.

Kisah Ulmy Rakhmadani menjadi bukti nyata dedikasi seorang guru yang tak kenal lelah dan terus berjuang demi pendidikan di pelosok negeri. Inspirasi seperti inilah yang di butuhkan untuk memajukan pendidikan di Indonesia.(TCD)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *