Emy Faisal Dorong Pencak Silat Kalbar Bangkit di PON 2025

Mantan Juara Dunia asal Pontianak, Emy Faisal, menegaskan harapannya agar pencak silat Bumi Khatulistiwa kembali bersinar di tingkat nasional. (Foto/InspirasiKalbar)
InspirasiKalbar, Pontianak – Seleksi Provinsi (Selekprov) PON Beladiri 2025 menjadi panggung penting bagi atlet pencak silat Kalimantan Barat.
Di momen ini, mantan juara dunia asal Pontianak, Emy Faisal, menegaskan harapannya agar pencak silat Bumi Khatulistiwa kembali bersinar di tingkat nasional.
Emy menegaskan pembinaan atlet tidak bisa instan. Ia menjelaskan proses yang terukur harus dilalui mulai dari persiapan umum, persiapan khusus, hingga evaluasi bulanan. “Dengan tahapan itu, perkembangan atlet bisa terukur,” ujarnya.
Selain pembinaan terstruktur, Emy juga menekankan pentingnya jam terbang. Ia menilai para pesilat Kalbar harus sering berkompetisi di luar daerah agar mental mereka terbentuk dan pengalaman bertambah.
Mantan juara dunia tahun 1990 itu mengingatkan, tanpa dukungan pemerintah, prestasi Kalbar sulit berkembang. Ia mencontohkan, pada 2004 Kalbar hanya meloloskan enam atlet ke final PON, dan setelah itu prestasi stagnan.
IPSI dan Bupati Kubu Raya Dukung Penuh Atlet Silat ke Selekprov
Emy mengusulkan sistem regenerasi tiga lapis agar pembinaan berjalan berkesinambungan. “Atlet yang gagal di babak awal jangan dilepas begitu saja. Mereka bisa masuk lapisan kedua atau ketiga. Idealnya, kita punya tiga lapisan agar regenerasi terus berjalan,” tegasnya.
Dukungan juga datang dari Ketua IPSI Kabupaten Sekadau, Bang Apin. Ia menyatakan siap melahirkan bibit baru di tingkat kabupaten untuk memperkuat tim Kalbar di ajang nasional.
Suasana Tegang di Landak, Polisi Lengkapi Diri dengan Gas Air Mata dan Flash Ball
“Kami di daerah siap mendukung program pembinaan. Harapan kami, sinergi provinsi dan kabupaten makin erat,” katanya.
Dengan kolaborasi mantan atlet, pengurus IPSI, dan pemerintah, pencak silat Kalimantan Barat diharapkan mampu kembali mengukir prestasi gemilang pada PON mendatang.