31/10/2025

Fenomena Perselingkuhan dengan AI, Batas Baru Kesetiaan Manusia

buatkan gambar tentang AI ilustrasi selingkuh AI

ilustrasi Ai

Inspirasikalbar, JAKARTA – Kemajuan kecerdasan buatan (AI) membawa dampak besar dalam kehidupan sosial manusia, termasuk dalam urusan asmara. Kini muncul fenomena baru yang di sebut “perselingkuhan digital”  ketika seseorang menjalin hubungan emosional atau seksual dengan chatbot AI.

Menurut survei DatingAdvice.com dan Kinsey Institute, sekitar 61 persen lajang di Amerika Serikat menganggap sexting dengan chatbot AI termasuk bentuk perselingkuhan, sementara hampir 30 persen menganggap jatuh cinta pada AI juga termasuk pengkhianatan terhadap pasangan.

Hasil serupa muncul dalam survei Match Group, yang menemukan 16 persen responden pernah menggunakan AI sebagai “kompanion romantis”, dan 40 persen menyebutnya sebagai bentuk selingkuh.

Fenomena ini memperluas definisi kesetiaan di era digital. Jika dulu pengkhianatan hanya terjadi antar-manusia, kini hubungan emosional dengan mesin pun bisa memicu konflik.

Banyak pengguna aplikasi seperti Replika dan AI Companion mengaku merasa “di mengerti dan di terima tanpa di hakimi”, sesuatu yang tidak selalu mereka temukan dari pasangan manusia.

Namun, pakar hubungan memperingatkan dampak jangka panjangnya. Dr. Justin Lehmiller dari Kinsey Institute menilai bahwa kedekatan dengan AI tetap merupakan bentuk keintiman, dan banyak orang meyakini bahwa tindakan intim apa pun bentuknya tidak seharusnya diarahkan ke luar hubungan. “Being intimate with a bot is still an expression of intimacy,” ujarnya kepada Newsweek.

Penelitian lain yang di publikasikan di arXiv (2025) menemukan bahwa keterikatan emosional dengan chatbot dapat meningkatkan rasa kesepian dan mengurangi kemampuan seseorang berinteraksi secara nyata. Ketergantungan terhadap AI bukan hanya ancaman bagi hubungan personal, tetapi juga bagi kemampuan sosial manusia.

Fenomena “selingkuh dengan AI” kini menjadi refleksi tentang batas antara kebutuhan emosional dan teknologi. Di tengah dunia yang semakin digital, kesetiaan tidak lagi hanya di uji oleh kehadiran orang ketiga tetapi juga oleh algoritma yang bisa meniru rasa cinta.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *