19/09/2025

Komunitas Remote Worker Pontianak: Wadah Anak Muda Kalbar Menembus Pasar Kerja Global

IMG_9767

Foto :Mujahid Assilmi- digital marketing specialist Remote work Pontianak

Inspirasikalbar, Pontianak – Tren bekerja jarak jauh atau remote working semakin di gemari oleh generasi muda di berbagai daerah, termasuk di Kalimantan Barat.

Fenomena ini bukan hanya sekadar bekerja dari rumah, tetapi telah melahirkan komunitas yang menghubungkan para pekerja digital dengan peluang kerja di tingkat global.

Salah satunya adalah Remote Worker Pontianak (RWPTK), sebuah wadah yang kini menjadi ruang berbagi dan networking bagi para profesional yang bekerja secara daring dari Pontianak.

Salah satu penggerak komunitas ini adalah Mujahid, seorang Digital Marketing Specialist yang sudah lebih dari dua tahun berkarier sebagai pekerja remote.

Ia bekerja full time di sebuah agensi yang berbasis di Jakarta dan Spanyol. Menurutnya, komunitas ini lahir dari kebutuhan sederhana: mencari teman diskusi dan rekan kerja sesama pekerja jarak jauh.

“Remote Worker Pontianak ini sebenarnya wadah aja. Tempat kita sharing, kerja bareng, atau sekadar melepas bosan karena terlalu sering kerja dari rumah. Membernya ada yang kerja dari Italia, Singapura, Dubai, dan negara lainnya,” jelas Mujahid.

Apa Itu Remote Working?

Mujahid menerangkan bahwa remote working memiliki beragam bentuk. Ada pekerja yang mengikuti jam kerja reguler 9 to 5 layaknya karyawan kantor, hanya saja mereka bekerja dari rumah dengan perangkat laptop dan internet.

Ada pula yang berbasis proyek, di mana hasil kerja harus di selesaikan dalam jangka waktu tertentu, misalnya dua atau tiga bulan. Selain itu, ada pula yang berstatus freelancer.

“Kalau saya pribadi tipe full time. Perusahaan mewajibkan 120 jam kerja per bulan, tapi jamnya fleksibel. Bisa lima jam sehari, atau dicicil 50 jam seminggu. Jadi kita punya kendali atas waktu,” ungkapnya.

KomunitasRemote work Pontianak

Kelebihan dan Kekurangan Kerja Remote

Bekerja secara remote membawa sejumlah keuntungan. Menurut Mujahid, yang paling di rasakan adalah kebebasan dari rutinitas kantor yang melelahkan.

Tidak ada macet, tidak perlu hadir fisik di kantor, dan memiliki lebih banyak waktu untuk keluarga. Selain itu, gaji yang di terima relatif lebih tinggi, apalagi bila bekerja dengan perusahaan luar negeri.

“Teman-teman yang kerja di luar negeri biasanya menyesuaikan dengan minimum wage di sana. Walau tetap di sesuaikan dengan standar SDM Indonesia, tetap saja lebih kompetitif di banding UMR di Pontianak,” ujarnya.

Namun, ada pula tantangan yang tidak bisa di hindari. Salah satunya adalah manajemen waktu. Pekerja yang mendapat fleksibilitas penuh sering kali kewalahan membagi jadwal.

Proyek yang seharusnya selesai dalam dua bulan bisa tertunda karena kurang disiplin. Selain itu, bahasa Inggris menjadi hambatan utama bagi pemula.

“Kalau menurut saya, 90 persen pekerjaan remote itu wajib bisa bahasa Inggris. Jadi kalau masih malas belajar bahasa Inggris, lebih baik mulai dulu dari situ, karena itu kuncinya,” tegas Mujahid.

KomunitasRemote work Pontianak

Belajar dan Networking

Komunitas RWPTK saat ini memiliki lebih dari 200 anggota di grup WhatsApp. Meski tidak semuanya aktif, kegiatan bulanan mereka selalu menarik minat anggota.

Setiap bulan, komunitas mengadakan kelas insight dengan pembicara dari berbagai bidang, mulai dari digital marketing, IT, hingga bisnis. Sementara setiap Rabu, ada kegiatan rutin working together di kafe atau ruang kerja bersama.

“Sebagian besar anggota masih dalam tahap belajar skill. Jadi kelas bulanan ini jadi cara untuk memperkuat kapasitas. Kita sering bahas SEO, desain UI/UX, atau sekadar manajemen kerja remote,” ujar Mujahid.

Bagi pemula yang ingin bergabung, Mujahid menyarankan untuk terlebih dahulu mengikuti kelas bulanan agar mengenal budaya komunitas. Dari sana, anggota baru bisa terlibat lebih aktif dalam kegiatan mingguan.

Potensi Penghasilan dan Peluang Karier

Banyak yang bertanya soal penghasilan pekerja remote. Mujahid menjelaskan, pendapatan sangat bervariasi tergantung jenis pekerjaan, negara perusahaan, serta sistem pembayaran.

Untuk pekerjaan per jam, tarif biasanya mulai Rp30 ribu hingga Rp90 ribu per jam. Jika di hitung 5 jam sehari, penghasilan bisa mencapai Rp450 ribu sehari. Sementara untuk posisi full time, gaji stabil per bulan, bahkan bisa menembus belasan juta rupiah.

“Bukan berarti semua langsung dapat dua digit, ya. Tapi kalau serius, peluangnya sangat besar. Bahkan teman-teman yang freelance bisa tiga kali lipat dari gaji full time, walau tantangannya tidak stabil karena klien bisa sewaktu-waktu berhenti,” jelasnya.

Sebagian besar pekerja remote menggunakan layanan pembayaran internasional seperti Wise, yang langsung mengonversi mata uang asing ke rupiah di rekening bank lokal.

Perjalanan dan Motivasi

Mujahid sendiri memulai kariernya setelah merasa jenuh dengan pekerjaan kantoran. Drama kantor, gaji terbatas, dan kelelahan membuatnya memutuskan untuk mengikuti bootcamp digital marketing. Dari situlah ia mendapat kesempatan bekerja secara remote.

“Hasil kerja remote saya bukan untuk foya-foya, tapi lebih ke investasi. Laptop dan perangkat kerja bisa terus saya upgrade, sisanya masuk tabungan. Karena saya lebih suka memikirkan jangka panjang,” tuturnya.

Pesan untuk Anak Muda

Sebagai penutup, Mujahid berpesan agar anak muda di Pontianak tidak takut mencoba jalur karier ini. Menurutnya, dengan keseriusan belajar skill digital selama satu hingga dua tahun, peluang kerja remote terbuka lebar, bahkan di usia belia.

“Remote working ini solusi nyata buat anak muda. Bayangkan, kita kerja dari Pontianak, tapi dapat gaji standar Amerika. Rezeki itu ada di mana-mana, asal kita punya skill. Jadi jangan puas dengan gaji di bawah UMR. Belajar, upgrade diri, dan buka peluang seluas-luasnya,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *