Nelayan Kubu Raya Terhimpit Banjir Ikan Impor, Harga Anjlok dan Masa Depan Suram

Puluhan Kapal Nelayan sedang lesu melaut karena harga ikan anjlok akibat maraknya ikan Impor di Kalbar. (Foto/InspirasiKalbar)
InspirasiKalbar, Kubu Raya – Gelombang ikan impor menggulung nelayan Kubu Raya ke tepian jurang kehancuran. Banjirnya ikan beku jenis Pacific Mackerel (HS 03035420) menekan harga ikan lokal hingga anjlok, menghancurkan harapan ribuan nelayan kecil yang bergantung pada laut.
Bendahara DPC Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kubu Raya, Busra Abdullah, menegaskan bahwa ini bukan sekadar persaingan, melainkan ancaman nyata bagi keberlangsungan hidup nelayan. Ia menyoroti dampak serius yang dialami nelayan akibat derasnya impor ikan yang terus membanjiri pasar.
“Nelayan kita butuh dukungan. Jika pasar dijejali ikan impor, harga ikan lokal pasti tergerus. Bagaimana mereka bisa bertahan jika hasil tangkapan tak lagi dihargai?” tegas Busra.
Selain harga yang hancur, Busra juga meragukan kualitas ikan impor yang penuh bahan pengawet dan tidak jelas sudah berapa lama disimpan sebelum sampai ke tangan masyarakat. “Apakah ikan impor ini benar-benar aman dikonsumsi? Jangan sampai rakyat dicekoki ikan murah yang membahayakan kesehatan,” tandasnya.
Pedagang ikan seperti Bujang Ramalun juga mengaku resah. Pasar yang dibanjiri ikan luar daerah hingga impor membuat ikan lokal sulit bersaing. “Kami pedagang memang tak terlalu terdampak, tapi bagaimana dengan nelayan? Mereka harus berjuang di laut, bayar BBM mahal, tapi harga ikan jatuh karena produk impor lebih murah,” keluhnya.
Tak hanya dari luar negeri, ikan dari Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Tengah juga menyerbu pasar Kalbar, makin mempersempit ruang gerak nelayan lokal. Jika situasi ini dibiarkan, mata pencaharian nelayan Kubu Raya terancam punah.
Pemerintah tak boleh tinggal diam. Apakah kebijakan impor ini akan terus dibiarkan membunuh nelayan secara perlahan? Atau pemerintah akan bangun dari tidur panjangnya dan bertindak tegas demi menyelamatkan rakyatnya sendiri? Nelayan menunggu jawaban, bukan sekadar janji kosong!