BNPB Kalbar Lakukan Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Karhutla

WhatsApp Image 2025-07-04 at 09.39.14

Foto: Persiapan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) di Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar)

Inspirasikalbar, Pontianak – Pemerintah pusat melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) resmi menggelar Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) di Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) sebagai langkah strategis dalam menekan potensi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).

Operasi ini akan berlangsung selama lima hari, yakni sejak 4 hingga 8 Juli 2025, menggunakan pesawat Cessna Caravan 208 untuk penyemaian awan di wilayah-wilayah yang rawan kebakaran.

Langkah ini merupakan bagian dari pelaksanaan Status Siaga Darurat Bencana Asap akibat Karhutla yang telah ditetapkan oleh Gubernur Kalimantan Barat melalui Keputusan Gubernur Kalbar Nomor 66/BPBD/2025.

“Operasi Modifikasi Cuaca di lakukan untuk meningkatkan curah hujan di wilayah rawan kebakaran. Dengan meningkatnya hujan, maka potensi munculnya titik api dapat ditekan,” ujar Daniel, Ketua Satgas Informasi dan Data BPBD Kalbar kepada Inspirasikalbar.com, Jumat (4/7/2025).

Landasan Regulasi yang Kuat

Baca Juga :https://inspirasikalbar.com/pemkab-kubu-raya-siapkan-solusi-usai-penertiban-pkl/

Pelaksanaan OMC di Kalbar ini di dasari oleh sejumlah regulasi penting, yang menegaskan keseriusan pemerintah dalam menangani ancaman Karhutla, antara lain:

  • Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2020 tentang Penanggulangan Karhutla

  • Keputusan Menko Polhukam RI Nomor 29 Tahun 2025 tentang Desk Koordinasi Penanganan Karhutla

  • Keputusan Gubernur Kalbar Nomor 66/BPBD/2025 tentang Penetapan Status Siaga Darurat

  • Surat resmi Gubernur Kalbar kepada Kepala BNPB tentang permohonan pelaksanaan OMC di Kalbar

“Dengan dasar hukum yang kuat ini, BNPB bersama BPBD Kalbar dan sejumlah lembaga terkait bersinergi dalam menjalankan OMC agar lebih optimal dan tepat sasaran,” kata Daniel.

Gunakan Teknologi Udara: Cessna Caravan 208

Baca Juga :https://inspirasikalbar.com/buronan-kasus-korupsi-proyek-irigasi-nabire-di-tangkap-tim-siri/

Dalam pelaksanaannya, BNPB mengerahkan pesawat Cessna Caravan 208, pesawat jenis ringan yang mampu menjangkau area luas untuk penyemaian awan. Pesawat ini akan menyemai bahan berbasis natrium klorida (NaCl) atau garam dapur ke awan-awan potensial, guna memicu proses kondensasi dan menghasilkan hujan buatan.

“Wilayah yang menjadi target OMC adalah daerah-daerah yang secara historis memiliki titik api tinggi. Di antaranya, sebagian wilayah Kabupaten Kubu Raya, Ketapang, Melawi, hingga Sintang,” ungkap Daniel.

Menurutnya, lokasi penyemaian di tentukan berdasarkan pantauan citra satelit, data hotspot, serta kondisi atmosfer harian dari BMKG.

Daniel menjelaskan bahwa OMC merupakan solusi jangka pendek yang terbukti mampu meminimalkan risiko Karhutla, khususnya saat musim kemarau panjang melanda sebagian besar wilayah Kalbar.

“Selain mencegah Karhutla, OMC juga berperan penting untuk mengurangi dampak asap yang bisa mengganggu kesehatan masyarakat, aktivitas perekonomian, hingga penerbangan,” ujarnya.

Ia juga mengimbau masyarakat untuk tidak membuka lahan dengan cara membakar, serta segera melapor ke pihak berwenang apabila menemukan titik api di lingkungan sekitar.

OMC: Teknologi Berbasis Sains

Baca Juga :https://inspirasikalbar.com/menaker-tekankan-pentingnya-kearifan-lokal-dalam-relasi-industrial/

Secara teknis, Operasi Modifikasi Cuaca adalah proses ilmiah yang telah di gunakan di banyak negara untuk mitigasi berbagai bencana. Penyemaian awan dilakukan dengan cara menyebarkan zat higroskopis seperti garam ke awan, yang kemudian mempercepat terbentuknya tetes hujan.

Daniel menyebutkan bahwa Kalimantan Barat sudah beberapa kali melakukan OMC, namun pada tahun ini pelaksanaannya di lakukan lebih dini dan lebih sistematis.

“Tahun ini kita tidak menunggu asap mengepul lebih dulu. Kita bergerak lebih cepat karena prediksi kekeringan cukup tinggi. Ini bentuk kesiapsiagaan kita,” tegasnya.

Pemerintah Provinsi Kalbar dan BNPB akan terus memantau dampak dari operasi ini. Evaluasi di lakukan harian untuk menilai efektivitas penyemaian dan perubahan cuaca yang terjadi di wilayah target.

“Kami ingin memastikan bahwa upaya ini benar-benar membawa dampak. Jangan sampai masyarakat kembali menderita akibat kabut asap seperti yang pernah terjadi di masa lalu,” pungkas Daniel.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *