DAD Pontianak Resmi Bubarkan Panitia Naik Dango II, Bambang Ditunjuk Pimpin Panitia Naik Dango III

Gambar: Panitia naik dango II Dewan Adat Dayak Kota Pontianak resmi di bubarkan. DAD Kota Pontianak siap melaksanakan Naik Dango III Tahun 2026. (Foto/InspirasiKalbar)
InspirasiKalbar, Pontianak – Dewan Adat Dayak (DAD) Kota Pontianak resmi membubarkan Panitia Naik Dango II Tahun 2025 dalam sebuah pertemuan di kediaman Ketua DAD Kota Pontianak, Yohanes Nenes, Kamis (29/4/2025) malam.
Dalam pertemuan tersebut, Pengurus DAD Kota Pontianak sekaligus menetapkan Bambang, yang sebelumnya menjabat sebagai sekretaris panitia, sebagai Ketua Panitia Naik Dango III Tahun 2026.
Yohanes Nenes mengapresiasi kerja keras seluruh panitia yang telah menyukseskan gelaran Naik Dango II. Ia menilai panitia bekerja solid tanpa menghadapi kendala berarti.
https://inspirasikalbar.com/wamenaker-sidak-tiga-perusahaan-soal-ijazah-pekerja/
“Panitia Naik Dango II menunjukkan kekompakan dan semangat yang luar biasa. Kami sangat berterima kasih atas dedikasi mereka,” ujar Yohanes.
Selain panitia, Yohanes juga menyampaikan terima kasih kepada masyarakat Pontianak dan Polresta Pontianak atas dukungan dan pengamanan selama kegiatan berlangsung. Ia menilai partisipasi warga dan aparat keamanan menjadi kunci sukses pelaksanaan event budaya tahunan ini.
Menatap gelaran Naik Dango III pada tahun 2026, Yohanes berharap Pemerintah Kota Pontianak, khususnya Wali Kota Edi Rusdi Kamtono, bisa memberikan dukungan lebih besar, terutama dari sisi anggaran.
“Naik Dango sudah menjadi bagian dari budaya tak benda. Sudah saatnya pemerintah memberi dukungan anggaran khusus agar pelaksanaan tahun depan lebih maksimal,” tegas Yohanes.
https://inspirasikalbar.com/wabup-sukiryanto-dorong-program-mbg-menjangkau-pesantren/
Terkait pernyataan Wakil Gubernur Kalbar, Krisantus Kurniawan, yang menyoroti minimnya partisipasi perusahaan dalam mendukung kegiatan budaya, Yohanes menyatakan kekecewaannya.
“Kami merasakan hal yang sama. Banyak perusahaan, terutama di sektor perkebunan dan pertambangan yang beroperasi di Kalbar, tampak kurang peduli terhadap kegiatan budaya masyarakat Dayak, termasuk Naik Dango,” ucapnya.
Menurut Yohanes, sikap apatis dari sejumlah perusahaan itu menyakiti perasaan masyarakat adat dan menunjukkan kurangnya penghargaan terhadap nilai-nilai budaya lokal.
“Kami berharap perusahaan-perusahaan yang selama ini mengeksplorasi sumber daya alam Kalbar, mau terlibat aktif dan menunjukkan tanggung jawab sosial mereka dengan mendukung event-event budaya,” pungkasnya.