InspirasiKalbar, Melawi – Kabupaten Melawi, salah satu daerah di Kalimantan Barat yang akan melaksanakan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) pada tahun 2024, kembali memanaskan panggung politik dengan dinamika yang menarik.
Dikenal sebagai “Bumi Juang Nanga Pinoh,” Melawi memiliki sejarah politik yang unik, di mana hubungan antara bupati dan wakil bupati seringkali berakhir dengan persaingan dalam Pilkada berikutnya.
Pada Pilkada 2024, terdapat dua pasangan calon yang akan bertarung, yaitu Dadi Sunarya Usfa Yursa – Malin dan Kluisen – Iif Usfayadi.
Kedua pasangan ini mengulangi pola yang sama seperti sebelumnya, yaitu persaingan antara mantan bupati dan wakil bupati.
Uniknya, kedua kandidat ini pernah berada di kubu yang sama pada Pilkada 2020, ketika Dadi dan Kluisen maju bersama sebagai pasangan bupati dan wakil bupati.
Fenomena ini bukanlah hal baru di Melawi. Sejarah Pilkada Melawi mencatat bahwa bupati dan wakil bupati hampir selalu bersaing satu sama lain pada periode berikutnya, dan biasanya sang wakil keluar sebagai pemenang.
Misalnya, pada Pilkada 2015, Firman Muntaco, yang saat itu menjabat sebagai bupati, dikalahkan oleh wakilnya, Panji, yang berpasangan dengan Dadi Sunarya Usfa Yursa.
Hal yang sama terjadi lagi pada Pilkada 2020, ketika Panji, yang saat itu menjabat sebagai bupati, berhadapan dengan wakilnya sendiri, Dadi Sunarya Usfa Yursa, dan kalah.
Dengan pola ini, pertanyaan yang muncul adalah: Akankah sejarah kembali terulang pada Pilkada 2024? Dalam kontestasi kali ini, Dadi Sunarya Usfa Yursa, yang sebelumnya menjabat sebagai bupati, akan berhadapan dengan mantan wakilnya, Kluisen, yang kini berpasangan dengan Iif Usfayadi.
Sebelumnya, banyak pengamat politik lokal memprediksi bahwa Pilkada Melawi 2024 bisa saja menjadi sebuah pertandingan melawan kotak kosong.
Hal ini disebabkan oleh situasi politik yang tidak menentu di awal tahun, terutama setelah Kluisen, yang merupakan kader dan Ketua DPC PDI Perjuangan Melawi, tidak mendapatkan rekomendasi dari partainya sendiri.
Namun, situasi berubah menjelang pendaftaran pasangan calon. Di menit-menit terakhir, Kluisen berhasil memperoleh dukungan dari beberapa partai lain, yang akhirnya mengusung pasangan Kluisen – Iif Usfayadi untuk melawan petahana, Dadi.
Dukungan yang diperoleh Kluisen dianggap sebagai kejutan politik. Hal ini menambah ketegangan dalam Pilkada Melawi tahun ini, terutama mengingat sejarah yang menunjukkan bahwa wakil bupati sering kali mengalahkan bupati dalam pemilihan langsung berikutnya.
Sejarah politik Melawi yang unik ini memberikan perspektif yang menarik tentang dinamika kekuasaan dan aliansi politik di daerah tersebut.
Kini, dengan semakin dekatnya hari pemungutan suara, masyarakat Melawi menantikan apakah pola sejarah yang sama akan berlanjut ataukah akan ada perubahan baru. Kedua calon kini sedang melakukan kampanye intensif, berusaha meyakinkan para pemilih tentang visi dan misi mereka untuk masa depan Melawi.
Pilkada Melawi 2024 ini bukan hanya menjadi ajang pemilihan pemimpin daerah, tetapi juga sebuah ujian apakah sejarah politik daerah ini akan kembali terulang.
Apapun hasilnya, Pilkada ini pasti akan mencatatkan lembaran baru dalam sejarah politik Kabupaten Melawi. Masyarakat pun menantikan dengan penuh antusiasme dan harapan akan masa depan yang lebih baik.