Warga Suhaid: Hidup di Tengah Ketergantungan pada PETI

Berita, Daerah369 Dilihat

Inspirsikalbar, Kapuas Hulu – Di pelosok Kecamatan Suhaid, jeritan hati warga kian memilukan.

Harapan mereka untuk hidup layak seakan semakin pudar di bawah bayang-bayang ketidakpastian pekerjaan.

Aktivitas Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) yang menjadi tumpuan ekonomi ribuan keluarga di sini, kini terancam.

Warga tak tahu harus berpegangan pada apa lagi, sementara perut-perut lapar menanti jawaban dari mereka yang berkuasa.

Beberapa waktu lalu, pemerintah bersama aparat desa melakukan survei untuk mengajukan wilayah Suhaid sebagai Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR). Itu merupakan harapan kecil yang mungkin bisa menyelamatkan kehidupan banyak orang.

Pernah Kepala desa, perwakilan masyarakat, dan koordinator pekerja PETI datang dengan penuh harap. Namun, ironisnya, hingga kini belum ada kepastian.

Setiap hari, hidup mereka hanya di hantui rasa takut di razia, takut kehilangan pekerjaan, dan yang terberat, takut melihat keluarga mereka kelaparan.

Angga, seorang warga Suhaid, dengan lirih mengungkapkan kekecewaannya.

“Binatang endemik dan unik saja di perhatikan negara, sedangkan kami, manusia, di biarkan kelaparan,” ungkap Angga, Jumat(13/9/2024).

menurut Angga, mereka melakukan PETI lantaran ingin menghidupi anak istri, membayar biaya sekolah.

“Kalau ada pekerjaan yang layak, kami takkan mempertaruhkan hidup di sini, di bawah tanah yang bisa saja menjadi kuburan kami kapan saja.”katanya.

Tangisan warga Suhaid tak hanya soal ketidakpastian ekonomi, tapi juga rasa cemas akan masa depan anak-anak mereka.

Banyak dari mereka yang sudah menggantungkan hidup pada PETI bertahun-tahun. Namun, semua berubah ketika razia aparat gabungan sebulan lalu menyapu habis harapan mereka.

Kini, warga hidup dalam bayang-bayang ancaman hukum dan kelaparan, sementara solusi belum jua datang.

Di tempat yang sama Jumadi, rekan dari Angga, menyatakan bahwa sebelum adanya PETI, masyarakat kerap menjadi korban pencurian.

“Dulu kolam ikan arwana selalu kecurian, CCTV dan pagar tak berarti. Tapi sejak PETI ada, semuanya aman. Tak ada lagi yang mencuri. Kami hanya ingin hidup tenang, tak lebih,” katanya.

Menurutnya hanya terus berharap pemerintah bisa memberikan solusi yang manusiawi, sepertinya Pemerintah tidak melihat hidup mereka.

“Sungguh menyedihkan, di tanah yang kaya akan emas, justru penduduknya hidup dalam ketidakpastian dan kesulitan,” pungkasnya.

Di harapkan Pemerintah segera turun tangan,  mencari solusi yang adil bagi mereka yang menggantungkan hidup di pertambangan ilegal.

Hingga saat itu tiba, nasib warga Suhaid akan tetap tergantung di ujung ketidakpastian, bertaruh antara hidup dan mati.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *