Iran Perkuat Daya Gentar Regional Lewat Inovasi Teknologi Rudal Canggih

Inspirasikalbar, Teheran– Di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah, Iran terus menunjukkan kemajuan signifikan dalam pengembangan teknologi rudalnya. Melalui sayap militer elitnya, Pasukan Dirgantara Garda Revolusi Islam (IRGC Aerospace Force), negara tersebut telah mengembangkan berbagai jenis rudal balistik dan jelajah yang kini menjadi bagian penting dari sistem pertahanan dan strategi pencegahannya terhadap ancaman asing.
Menurut laporan dari berbagai sumber militer dan analis pertahanan, Iran tidak hanya fokus pada jangkauan rudal, tetapi juga pada peningkatan akurasi, kemampuan manuver, dan kecepatan dalam merespons serangan musuh.
Iran di ketahui memiliki beberapa jenis rudal balistik jarak pendek (SRBM), termasuk rudal Fateh-110 dan variannya, Zolfaghar, yang masing-masing memiliki jangkauan hingga 300 km dan 700 km. Rudal-rudal ini menggunakan bahan bakar padat, sehingga lebih cepat dalam persiapan peluncuran dan mudah di pindahkan dengan sistem peluncur mobile.
Untuk kategori rudal jarak menengah (MRBM), Iran mengandalkan Shahab-3, Emad, dan Ghadr-110. Rudal ini mampu menjangkau sasaran hingga 2.000 km, yang berarti dapat mengenai target di Israel, Teluk Arab, hingga sebagian Eropa Timur.
“Pengembangan rudal seperti Emad menunjukkan peningkatan signifikan dalam akurasi dan kemampuan kendali di fase terminal, menjadikannya lebih sulit di cegat,” ujar seorang analis militer Iran yang di kutip media Tasnim.
Iran juga mengembangkan rudal jelajah seperti Soumar dan Hoveyzeh, yang di perkirakan dapat menembus pertahanan musuh berkat profil terbang rendah dan kemampuan manuver tinggi. Rudal jenis ini di yakini di dasarkan pada teknologi Kh-55 buatan Soviet yang di peroleh secara rahasia pada awal 2000-an.
Klaim Rudal Hipersonik: Fattah
Salah satu pengembangan terbaru yang menarik perhatian internasional adalah rudal hipersonik Fattah, yang di umumkan Iran pada 2023. Rudal ini di klaim mampu melaju dengan kecepatan hingga Mach 15 (sekitar 18.000 km/jam) dan memiliki jangkauan sekitar 1.400 km.
“Rudal Fattah dapat bermanuver di luar atmosfer dan menembus sistem pertahanan seperti Iron Dome maupun Arrow-3 milik Israel,” kata Brigadir Jenderal Amir Ali Hajizadeh, komandan Pasukan Dirgantara IRGC, dalam pernyataan resminya.
Walaupun klaim ini belum sepenuhnya di verifikasi secara independen, banyak pakar menganggapnya sebagai lonceng peringatan bagi kekuatan Barat dan regional yang selama ini mengandalkan sistem pencegat konvensional.
Teknologi rudal Iran tidak hanya di gunakan dalam uji coba, tetapi telah di uji dalam konflik nyata. Pada Januari 2020, Iran meluncurkan lebih dari selusin rudal balistik ke pangkalan militer AS di Ain al-Asad, Irak, sebagai balasan atas pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani oleh drone AS. Serangan itu menunjukkan kemampuan Iran meluncurkan rudal secara presisi dari jarak ratusan kilometer.
Lebih baru, pada April dan Mei 2025, Iran di duga meluncurkan ratusan rudal ke arah Israel sebagai respons atas serangan udara terhadap fasilitas militer dan nuklirnya. Meskipun ada beberapa rudal berhasil di cegat, banyak yang berhasil menembus sistem pertahanan Israel, menunjukkan tantangan baru yang di hadapi oleh sistem pencegat seperti Iron Dome, David’s Sling, dan Arrow.
Selain di gunakan oleh pasukan Iran sendiri, teknologi rudal ini juga telah menyebar ke kelompok-kelompok sekutu seperti Hizbullah di Lebanon, milisi Syiah di Irak, dan Houthi di Yaman. Houthi, misalnya, telah beberapa kali meluncurkan rudal ke wilayah Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, yang di yakini menggunakan teknologi asal Iran.
“Distribusi sistem rudal ke kelompok proksi menjadikan Iran sebagai kekuatan tak hanya di dalam negeri, tapi juga di seluruh kawasan,” ujar seorang pejabat intelijen Barat yang enggan di sebut namanya.
Upaya Pembatasan dan Reaksi Global
Meskipun berada di bawah embargo dan sanksi internasional, Iran tetap mampu mengembangkan teknologinya secara mandiri. Hal ini mendorong kekhawatiran di kalangan negara-negara Barat. Dewan Keamanan PBB dan negara-negara G7 telah berkali-kali mendesak Iran untuk menghentikan program rudalnya, yang di anggap sebagai ancaman bagi stabilitas kawasan.
Namun Teheran bersikeras bahwa seluruh program rudalnya bersifat defensif.
“Republik Islam Iran tidak akan menegosiasikan hak pertahanannya. Rudal-rudal ini adalah simbol kekuatan dan kedaulatan nasional kami,” tegas juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanaani, dalam konferensi pers belum lama ini.