Banjir, Konsekuensi Perusakan Alam yang Berlangsung Lama hingga Saat ini

Bencana Banjir

Bencana, Berita, Nasional16 Dilihat

InspirasiKalbar, Pontianak – Bencana ekologis banjir yang melanda sejumlah wilayah di Kalimantan Barat saat ini tidak terlepas dari perusakan alam yang berlangsung lama di Kalbar dan bahkan terus di lakukan hingga saat ini.

Hal tersebut di sampaikan Hendrikus Adam, Direktur Eksekutif Walhi Kalimantan Barat pada Rabu (29/1/2025).

Menurut Adam, curah hujan hanyalah pemicu dari bencana yang kerap melanda tersebut, namun ia tidak bisa di kontrol oleh siapapun. Karenanya tidaklah tepat di alamatkan pada hujan biang utama bencana banjir.

Sementara aktivitas ekstraksi sumberdaya alam melalui alih fungsi hutan/lahan maupun tindakan perusakan alam, harusnya bisa di kendalikan dan dicegah melalui kebijakan pemerintah.

“Curah hujan selama ini terkesan kerap di jadikan alibi sebagai penyebab banjir untuk  mengalihkan bahwa sejatinya ada kewajiban pemerintah yang mesti di tunaikan agar alam tidak dirusak” jelas Hendrikus Adam.

Lebih lanjut menurut Adam, justeru curah izin beserta praktik ekonomi ekstraktif lainnya atas sumberdaya alam yang berlangsung lama seperti era HPH, illegal logging, alih fungsi hutan/lahan untuk perkebunan sawit, izin pertambangan, perkebunan pangan (food estate), penambangan illegal dan pembukaan lahan yang berlangsung hingga saat ini adalah sumber utama bencana lingkungan tersebut.

“Tentu saja tidak semudah membalik telapak tangan mengembalikan fungsi alam yang telah dirusak. Menanami 50 hektar lahan untuk mengganti 50 hektar hutan yang di tebangi pada hari yang sama misalnya, tidak akan mengembalikan daya dukung dan daya tampung lingkungan,” tambah Hendrikus Adam.

Guna merespon situasi yang terjadi, tentu saja untuk jangka pendek penting melakukan evakuasi dan penanganan warga korban banjir.

Sementara untuk jangka panjang, pemerintah wajib mengentikan aktivitas perusakan hutan/lahan sembari melakukan penegakan hukum atas pelanggaran dan pemulihan terhadap sejumlah wilayah kritis di Kalbar secara kontinu.

“Jangan sampai deforestasi dengan membabat hutan dan menggantinya dengan tanaman monokultur sebagaimana di isyaratkan Presiden Prabowo dalam pernyataannya justru diikuti pemerintah di Kalbar. Jika ini yang terjadi, maka lonceng selamat datang bencana akan terus menggema di berbagai penjuru,” ucap Adam.