10/10/2025

Bupati Ketapang Tegaskan Makna Sakral Naik Jurung Tinggi

Patih Jaga Pati

Gambar: Bupati Ketapang, yang juga Patih Jaga Pati, Alexander Wilyo melaksanakan Ritual Adat Naik Jurung Tinggi di Kepatihan Jaga Pati Ketapang. (Foto/Humas)

InspirasiKalbar, Ketapang – Bupati Ketapang, Alexander Wilyo, menegaskan bahwa Ritual Adat Naik Jurung Tinggi bukan sekadar seremoni budaya, tetapi pesan leluhur yang sarat makna: menjaga adat, kemandirian pangan, dan persatuan masyarakat.

Ritual sakral yang digelar di Komplek Balai Agung Kepatihan Jaga Pati, Kerajaan Hulu Aik, pada 8 Oktober 2025 ini menjadi simbol kesejahteraan dan solidaritas masyarakat Dayak.

Dalam prosesi tersebut, benih padi, lambang kehidupan, dimasukkan ke dalam jurung atau lumbung padi sebagai bentuk rasa syukur dan harapan atas keberkahan pangan.

Inspektorat Kubu Raya Toreh Prestasi Nasional Terbaik-5

“Naik Jurung Tinggi bukan hanya seremoni adat, melainkan wujud syukur, lambang gotong royong, solidaritas, dan persatuan,” ujar Alexander.

Ia mengingatkan bahwa sejak dahulu, masyarakat Dayak menjunjung tinggi kemandirian pangan dan menghormati alam sebagai sumber kehidupan.

Alexander yang juga memegang amanah adat sebagai Patih Jaga Pati Laman Sembilan Domong Sepuluh menegaskan, menjaga adat bukan tentang kekuasaan, melainkan tanggung jawab moral dan budaya.

“Jika adat hilang, maka hilang pula jati diri dan martabat masyarakat Dayak,” tegasnya.

Namun demikian, Alexander menekankan bahwa semangat menjaga adat harus berjalan seiring dengan komitmen membangun Ketapang sebagai rumah besar bagi semua suku dan etnis.

Gubernur Kalbar Dukung Penuh HK3, Dorong Komunitas Karaoke Kembangkan Kreativitas dan Kebersamaan

“Ketapang adalah rumah bersama. Dayak, Melayu, Jawa, Madura, Bugis, Tionghoa, dan lainnya, semua memiliki ruang yang sama untuk tumbuh dan berkembang dalam semangat kebhinekaan,” katanya.

Dalam acara yang turut di hadiri Wakil Gubernur Kalbar Krisantus Kurniawan, anggota DPR RI Cornelis, serta sejumlah kepala daerah dan tokoh adat, Alexander mengajak generasi muda untuk ikut melestarikan nilai gotong royong dan menghargai warisan budaya.

“Generasi penerus harus belajar bahwa kekuatan masyarakat Dayak tidak hanya pada adat dan doa, tetapi juga pada kebersamaan, saling menolong, dan kerja bersama,” ujarnya.

Ritual di tutup dengan pemberian gelar adat kepada sejumlah tokoh, termasuk Kepala BIN Daerah Kalbar, serta pertunjukan tarian Begal yang menggambarkan kebanggaan dan persaudaraan.

Kratom dan Arwana Super Red Dongkrak Ekspor Kalbar

Alexander berharap, tradisi seperti Naik Jurung Tinggi dapat terus hidup dan menjadi pengingat bagi seluruh masyarakat Kalbar bahwa menjaga adat berarti menjaga martabat dan masa depan bersama.

“Menjaga padi adalah menjaga kehidupan. Menjaga adat adalah menjaga martabat. Menjaga persatuan adalah menjaga masa depan,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *