Danantara Ajukan Skema Kereta cepat, Purbaya Tegas Menolak

Kereta Cepat Jakarta-Bandung
Inspirasikalbar, JAKARTA – Proyek kereta cepat Jakarta–Bandung atau Whoosh kembali menjadi sorotan setelah laporan keuangan menunjukkan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) belum mampu menutupi beban bunga utang yang mencapai sekitar Rp2 triliun per tahun. Meski beroperasi sejak Oktober 2023, pendapatan tiket masih jauh dari cukup.
Proyek kerja sama Indonesia–China ini menelan biaya sekitar US$7,2 miliar (lebih dari Rp100 triliun). Sebagian besar dana berasal dari pinjaman China Development Bank (CDB), sementara pemerintah menegaskan tidak menggunakan APBN. Namun, risiko keuangan tetap melekat karena proyek dikerjakan melalui BUMN.
Sepanjang 2024, penjualan tiket Whoosh mencapai 6,06 juta tiket, atau hanya 37 persen dari target awal. Meski paruh pertama 2025 mencatat kenaikan 10 persen, jumlah tersebut belum mampu menopang operasional. KCIC bahkan merugi sekitar Rp1,6 triliun pada semester I 2025. Ekonom memperkirakan masa balik modal proyek bisa lebih dari 33 tahun, jauh dari proyeksi semula.
Sebelumnya, Chief Operating Officer (COO) Danantara Dony Oskaria mengajukan solusi dengan meminta pemerintah menambah penyertaan modal kepada PT Kereta Api Indonesia sebagai pemimpin konsorsium. Sebagai gantinya, pemerintah akan mengambil alih infrastruktur proyek. Namun, usulan ini ditolak oleh Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa. Ia menegaskan Danantara sebagai penerima dividen BUMN seharusnya dapat menangani utang tanpa melibatkan APBN.
Pemerintah kini tengah mengkaji restrukturisasi utang melalui BPI Danantara sambil mendorong peningkatan jumlah penumpang melalui program kartu langganan dan perbaikan layanan. Meski secara teknologi menjadi kebanggaan nasional, keberlanjutan proyek Whoosh sangat bergantung pada efisiensi biaya dan pertumbuhan okupansi penumpang.
