Warga Nabo dan Aja Bangun Dango Pantak Malabukat, Jaga Warisan Leluhur Sekaligus Perkuat Solidaritas

Gambar: Warga Desa Ampadi, Kecamatan Meranti, Kabupaten Landak, bergotong royong membangun Dango Pantak Malabukat. (Foto/Ist)
InspirasiKalbar, Landak – Warga Dusun Nabo dan Dusun Aja, Desa Ampadi, Kecamatan Meranti, Kabupaten Landak, bergotong royong membangun Dango Pantak Malabukat pada Jumat, 23 Mei 2025.
Mereka memulai pembangunan ini dengan semangat tinggi, didampingi oleh Pemerintah Desa Ampadi dan Yayasan Cipta Daya Berdikari.
Warga menginisiasi pembangunan Dango Pantak sebagai bentuk kepedulian terhadap warisan leluhur. Dalam rapat yang berlangsung pada April 2025, setiap kepala keluarga sepakat menyumbang Rp20.000.
Dana ini mereka gunakan untuk membeli bahan bangunan dan memenuhi kebutuhan upacara adat, dengan dukungan tambahan dari Yayasan Cipta Daya Berdikari. Perjalanan menuju lokasi Dango Pantak cukup menantang. Dari pusat Dusun Nabo, warga harus berjalan kaki sejauh tujuh kilometer atau sekitar satu setengah jam.
Akses ke lokasi hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki melewati hutan dan ladang, atau menggunakan perahu kecil menyusuri sungai. Sekitar 60 warga dari berbagai usia hadir dalam kegiatan ini.
Mereka memulai aktivitas dengan membersihkan area Pantak, lalu berkumpul tanpa alas kaki di area sakral untuk melaksanakan ritual adat Baremah. Seorang Pemaca, tokoh adat Dayak Belangin, memimpin doa kepada Tuhan dan para leluhur sebagai bentuk permohonan izin untuk memulai pembangunan Dango Pantak.
Sambil menunggu penyelesaian bangunan, warga menyiapkan hewan kurban berupa anjing, sesuai kepercayaan masyarakat Dayak Belangin. Mereka mempersembahkan hewan kurban ini untuk menenangkan arwah leluhur agar tidak murka.
Selain itu, warga juga mencari ikan di sungai yang mengalir di sekitar lokasi Pantak. Meskipun hujan deras dan angin kencang menerpa, warga tetap melanjutkan pekerjaan. Mereka ingin menunjukkan keseriusan dalam melestarikan budaya dan menjaga tempat sakral warisan leluhur.
Direktur Yayasan Cipta Daya Berdikari, Viktor Yulas, menyampaikan bahwa kegiatan ini bukan hanya untuk melestarikan budaya secara fisik, tetapi juga sebagai wadah memperkuat gotong royong, solidaritas, dan pendidikan budaya bagi generasi muda.
Ia menekankan pentingnya merawat situs budaya seperti Pantak Malabukat sebagai bagian dari strategi mencegah konflik sosial terkait batas wilayah.
“Pantak seperti ini sangat penting untuk mempertegas status wilayah, terutama di daerah yang berbatasan antar dusun atau desa. Karena itu, semua pihak, baik masyarakat, pemerintah, maupun swasta, harus terlibat aktif menjaga benda budaya sebagai aset negara,” tegas Viktor.
Ia juga berharap pemerintah bisa menambah fasilitas pendukung di kawasan Pantak Malabukat agar memberikan kenyamanan bagi pengunjung. Dengan demikian, situs budaya ini tidak hanya menjadi tempat pelestarian dan edukasi, tetapi juga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal melalui wisata budaya.