Fenomena Grey Divorce dalam Perspektif Komunikasi

Oleh : Efthariena, S.I.Kom., CPS.
Mahasiswa Magister Komunikasi STIKOM Interstudi
InspirasiKalbar,Opini- Belakangan ini ada tren unik yang mulai banyak dibahas yaitu grey divorce. Istilah ini dipakai buat nyebut perceraian yang terjadi pada pasangan usia 50 tahun ke atas alias mereka yang udah barengan puluhan tahun tapi akhirnya mutusin buat berpisah juga. Dulu perceraian identik sama pasangan muda. Sekarang justru banyak yang bercerai setelah anak-anak mereka dewasa rumah tangga kelihatan stabil dan semua orang mikir mereka bakal bareng selamanya. Nyatanya nggak sesederhana itu.
Banyak faktor yang bikin grey divorce makin sering terjadi. Salah satunya cara pandang soal pernikahan udah berubah jauh. Dulu nikah itu dianggap kewajiban sosial demi keluarga anak dan stabilitas ekonomi. Sekarang pernikahan lebih dilihat sebagai ruang untuk bahagia jadi diri sendiri dan tumbuh bareng pasangan. Kalau udah nggak ada koneksi emosional atau komunikasi yang sehat banyak pasangan yang akhirnya mikir mendingan pisah deh daripada terus ngerasa kosong.
https://inspirasikalbar.com/praja-ipdn-untuk-siapkan-diri-menjadi-pemimpin-hebat/
Kemandirian finansial juga jadi pemicu penting. Sekarang banyak perempuan usia matang yang punya penghasilan sendiri pensiun atau bisnis. Jadi keputusan buat cerai nggak lagi seseram dulu. Banyak juga yang ngerasa hidup kedua gue baru mulai sekarang.
Tapi perceraian di usia tua juga punya efek domino. Anak-anak mungkin udah gede tapi mereka tetap bisa ngerasa kaget sedih atau bingung. Belum lagi soal bagi-bagi aset perubahan gaya hidup sampai perasaan kesepian setelah sekian lama hidup bareng. Buat sebagian orang grey divorce berarti kebebasan. Tapi buat yang lain ini juga bisa jadi masa transisi yang berat.
Kalau ditarik ke akar masalahnya banyak pasangan usia lanjut yang sebenernya udah jauh secara batin sejak lama. Mereka tetap bareng cuma karena anak-anak atau gengsi sosial. Begitu alasan itu hilang ya tinggal dua orang asing yang hidup serumah. Komunikasi yang selama ini nggak terbangun dengan baik jadi bom waktu. Lama-lama hubungan terasa datar nggak nyambung dan akhirnya retak pelan-pelan.
https://inspirasikalbar.com/bawaslu-kabupaten-kubu-raya/
Kalau kita pakai teori komunikasi interpersonal terutama Relational Dialectics Theory dari Leslie Baxter dan Barbara Montgomery hubungan panjang itu sebenarnya kayak perang kecil antara butuh kedekatan (connection) dan butuh ruang sendiri (autonomy). Kalau dua hal ini nggak seimbang dan nggak dikomunikasikan dengan jujur hubungan bakal kerasa hambar dan kaku. Lama-lama salah satu atau dua-duanya ngerasa nggak punya lagi alasan buat tetap bareng.
Intinya grey divorce bukan cuma tentang pisahnya pasangan tua tapi juga tentang bagaimana komunikasi atau lebih tepatnya kurangnya komunikasi bisa jadi faktor utama kenapa cinta yang dulu kuat banget bisa perlahan memudar. Kadang bukan badai besar yang bikin kapal tenggelam tapi retakan kecil yang dibiarkan bertahun-tahun.
Jadi pertanyaannya sekarang Kalau komunikasi mati pelan-pelan apa cinta yang udah dibangun puluhan tahun bisa tetap hidup?
