AS Gempur Fasilitas Nuklir Iran, Dunia Siaga Hadapi Krisis Baru

Inspirasikalbar, Indonesia – Situasi geopolitik global kembali memanas setelah Amerika Serikat meluncurkan serangan udara terhadap tiga fasilitas nuklir strategis milik Iran. Serangan yang terjadi pada Minggu malam, 22 Juni 2025, tersebut segera memicu reaksi keras dari sejumlah negara serta badan internasional, termasuk Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
Direktur Jenderal IAEA, Rafael Grossi, membatalkan kehadirannya dalam agenda bersama para Menteri Luar Negeri Uni Eropa. Ia memilih tetap berada di markas besar IAEA di Wina, Austria, untuk memantau langsung situasi yang di nilai bisa memicu krisis nuklir baru di kawasan Timur Tengah.
Lewat pernyataan di platform media sosial X (dulu Twitter), Grossi menyebut bahwa Dewan Gubernur IAEA telah mengadakan sidang luar biasa guna merespons perkembangan terbaru di Iran. Pertemuan darurat ini di gelar untuk membahas dampak dan potensi bahaya dari konflik yang melibatkan negara-negara besar di kawasan itu.
Sementara itu, Pemerintah Irak menyatakan keprihatinan serius terhadap eskalasi konflik yang terjadi. Dalam pernyataan resminya, juru bicara pemerintah Irak, Basim al-Awadi, mengecam keras tindakan Amerika Serikat dan menyebutnya sebagai pelanggaran terhadap batas-batas kedaulatan antarnegara.
“Perang tidak membawa apa pun selain kehancuran. Adalah tanggung jawab kekuatan global dan lembaga-lembaga internasional untuk mencegah dunia dari masuk ke dalam krisis yang lebih dalam, bukan justru memperkeruh keadaan,” ujar al-Awadi, di kutip dari Anadolu Agency.
Tindakan militer di anggap sepihak
Ia menambahkan, tindakan militer sepihak seperti ini berpotensi menimbulkan ketidakstabilan yang lebih besar, tidak hanya bagi kawasan Timur Tengah, tetapi juga bagi dunia internasional secara keseluruhan. Menurutnya, solusi militer bukanlah jalan keluar yang bisa dijadikan alternatif atas di plomasi dan dialog.
“Serangan-serangan seperti ini hanya memperburuk situasi dan membawa dampak jangka panjang terhadap keamanan regional. Kami menyerukan kepada semua pihak yang terlibat untuk segera menghentikan ketegangan dan membuka jalur komunikasi damai,” tegasnya.
Presiden AS Donald Trump sebelumnya mengonfirmasi bahwa serangan tersebut menyasar tiga lokasi utama pengayaan uranium Iran: Fordow, Natanz, dan Isfahan. Serangan ini di sebut sebagai tanggapan atas rentetan serangan yang terjadi sejak pertengahan Juni, di mana militer Iran dan Israel saling meluncurkan rudal dan melakukan serangan udara.
Menurut laporan dari pejabat Israel, sedikitnya 25 orang meninggal dunia dan ratusan lainnya mengalami luka-luka akibat serangan balasan Iran yang menghantam sejumlah kota penting Israel. Sebaliknya, data dari Kementerian Kesehatan Iran mencatat jumlah korban jiwa di dalam negeri telah mencapai 430 orang, dengan lebih dari 3.500 orang luka-luka akibat serangan udara Israel.
Ketegangan yang meningkat antara Iran, Israel, dan Amerika Serikat ini memunculkan kekhawatiran global akan pecahnya perang berskala lebih luas. Sejumlah analis menilai, apabila eskalasi ini tidak segera di hentikan, maka bukan hanya stabilitas kawasan yang terancam, namun juga sistem keamanan dunia secara menyeluruh.
Para di plomat dan pengamat internasional kini menanti langkah-langkah konkret dari PBB dan komunitas internasional untuk mendorong gencatan senjata serta membuka ruang negosiasi yang dapat menghentikan potensi krisis nuklir baru.