Marwah Sulam Kalengkang Pontianak Raih Juara 3 Ajang Indonesia Internasional Art Festival 2025

Marwah Sulam Kalengkang Pontianak

Marwah Sulam Kalengkang Pontianak Raih Juara 3 Ajang Indonesia Internasional Art Festival 2025 di Surabaya.

InspirasiKalbar, Surabaya – Tim kesenian Kota Pontianak berhasil menorehkan prestasi membanggakan dengan meraih juara ketiga dalam ajang Indonesia Internasional Art Festival yang di gelar dalam rangkaian Musyawarah Nasional VII Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (MUNAS APEKSI VII).

Prestasi ini di raih melalui penampilan karya tari bertajuk Marwah Sulam Kalengkang, sebuah pertunjukan yang memadukan keindahan motif sulam tradisional khas Melayu Pontianak dengan gerak tari yang penuh makna dan filosofi.

Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Pontianak, Wasis Utami Hidayati, menyampaikan rasa bangganya atas pencapaian ini.

“Teknologi tradisional seni sulam kalengkang yang menjadi sumber inspirasi dalam koreografi ini mampu mempresentasikan kekayaan tradisi. Pesan yang di sampaikan lewat gerak tari di terima dengan sangat baik oleh penonton dan juri. Kami sangat bangga bisa memperkenalkan wastra sulam kalengkang ke seluruh Indonesia, bahkan dunia, melalui seni tari dan kostum para penari,” ujar Wasis.

Lebih dari sekadar tampilan visual, tari ini juga membawa pesan mendalam mengenai filosofi perempuan Melayu. Kalengkang sebagai teknik sulam tradisional di hadirkan sebagai simbol ketekunan, kelembutan, dan kebijaksanaan.

“Kami ingin menghadirkan kembali makna Kalengkang sebagai simbol perempuan Melayu yang penuh ketekunan, kelembutan, dan kebijaksanaan. Itulah sebabnya seluruh alur tari di bingkai dalam proses menyulam; dari membuka kain pada pengidang, merajut motif melalui langkah nyulam, hingga mengikatnya dalam satu simpul makna,” tambahnya.

Sulam kalengkang mengandung nilai estetika dan filosofi tinggi

Sebagai salah satu Warisan Budaya Takbenda (WBTB) Indonesia asal Kota Pontianak, sulam kalengkang mengandung nilai estetika dan filosofi tinggi. Ini menjadi sumber inspirasi kuat dalam dunia seni. Karya ini di tampilkan dengan struktur dramatik yang terdiri dari tiga babak — pembuka, inti, dan penutup — serta di perkaya dengan syair berlagu yang di susun secara puitis untuk memperdalam pemahaman penonton terhadap pesan tari.

Koreografer Diego Antoni Canigia menata gerak tari dengan pendekatan dramatik yang menggambarkan filosofi sulam melalui bahasa tubuh yang ekspresif. Sementara itu, penata musik Billie Agrie Oktada menciptakan harmoni antara musik, vokal, dan gerakan. Pertunjukan ini sebagai pengalaman artistik yang kuat dan menyentuh.

Keberhasilan ini juga tidak lepas dari dukungan Pemerintah Kota Pontianak. Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono, memberikan apresiasi atas pencapaian yang patut di banggakan di kancah nasional maupun internasional.

Sri Sujiarti, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Pontianak, menekankan pentingnya pelestarian budaya melalui integrasi seni di dunia pendidikan.

“Pentas ini bukan hanya ajang kompetisi, bagian dari pendidikan karakter bagi generasi muda,” ujarnya.

Di tengah derasnya arus globalisasi, prestasi ini di harapkan menjadi pemicu semangat untuk terus menjaga dan mempromosikan budaya lokal.

“Seni budaya adalah salah satu cara terbaik untuk memperkenalkan kekayaan daerah kita kepada dunia,” tutup Wasis Utami Hidayati. “Semoga prestasi ini menjadi motivasi bagi para seniman muda untuk terus berkarya dan menjaga warisan budaya bangsa.”

Dengan pencapaian ini, Kota Pontianak kembali membuktikan bahwa kreativitas berbasis tradisi memiliki tempat dan apresiasi tinggi di panggung internasional

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *