Merawat Warisan Budaya Kalimantan Barat: Harmoni dalam Keragaman

Inspirasikalbar, Pontianak – Kalimantan Barat, sebuah provinsi yang terletak di bagian barat Pulau Kalimantan, merupakan miniatur kebhinekaan Indonesia. Wilayah ini di kenal kaya akan budaya yang terbentuk dari perpaduan berbagai suku bangsa, terutama Dayak, Melayu, dan Tionghoa, serta beberapa komunitas etnis lainnya. Keragaman ini bukan sekadar menjadi identitas kultural, tetapi juga menjadi fondasi harmoni sosial yang diwariskan lintas generasi.
“Budaya Kalbar itu bukan hanya soal upacara atau pakaian adat, tapi tentang cara hidup, nilai gotong royong, dan penghormatan terhadap leluhur,” ungkap Dr. Rini Ayu Lestari, antropolog budaya dari Universitas Tanjungpura Pontianak.
Rumah Panjang: Simbol Kebersamaan dan Keberagaman
Salah satu simbol kebudayaan Dayak yang paling ikonik adalah Rumah Betang, atau yang secara lokal di kenal sebagai Rumah Radakng oleh suku Dayak Kanayatn. Rumah panjang ini bukan sekadar tempat tinggal, tetapi juga cerminan kehidupan kolektif masyarakat Dayak, di mana nilai-nilai kebersamaan, musyawarah, dan gotong royong di junjung tinggi.
“Di dalam satu rumah bisa tinggal puluhan keluarga. Dari sinilah mereka belajar hidup berdampingan dan saling menghargai,” kata Paulus Joni, tokoh adat Dayak di Kecamatan Sungai Ambawang.
Tradisi dan Upacara Adat yang Masih Lestari
Upacara Gawai Dayak merupakan salah satu perayaan adat terbesar di Kalimantan Barat. Digelar setiap tahun, Gawai merupakan ungkapan syukur atas hasil panen dan menjadi ajang silaturahmi antar komunitas Dayak.
“Gawai bukan cuma pesta rakyat. Ini adalah waktu untuk mengingat kembali nilai-nilai leluhur kami dan memperkuat rasa persaudaraan,” jelas Maria Selina, ketua panitia Gawai Dayak 2024 di Pontianak.
Selain Gawai, terdapat pula ritual Tiwah, sebuah prosesi pengantaran arwah leluhur yang sakral di kalangan Dayak Ngaju, serta simbol Mangkok Merah yang menjadi penanda kesiapsiagaan dan persatuan dalam menghadapi tantangan.
Seni Pertunjukan dan Tarian Tradisional
Seni pertunjukan tradisional juga memainkan peran penting dalam pelestarian budaya. Tarian seperti Ajat Temuai Datai dari suku Dayak Iban, Tari Ayun Pala, Tari Jonggan, hingga Tari Bopureh, tidak hanya menghibur, tetapi juga menyampaikan cerita dan filosofi kehidupan masyarakat Kalimantan Barat.
“Setiap gerakan dalam tarian punya makna, ada doa, harapan, dan cerita kehidupan di dalamnya,” ujar Nurhalimah, seorang seniman tari dari Kota Singkawang.
Kuliner: Warisan Rasa dari Dapur Tradisi
Dari dapur tradisional, Kalimantan Barat menghadirkan ragam kuliner yang menggugah selera. Pengkang, ketan yang di bungkus daun pandan dan di bakar, menjadi kudapan khas. Bubur Pedas, Kerupuk Basah (Temet), dan Pisang Goreng Pontianak juga menjadi favorit yang merefleksikan kekayaan rasa dan pengaruh budaya lokal.
“Setiap masakan punya cerita. Bubur Pedas, misalnya, dulunya makanan musim panen, sekarang jadi menu andalan saat berkumpul keluarga,” cerita Mak Edah, penjual makanan tradisional di Pasar Tengah Pontianak.
Bahasa sebagai Penjaga Identitas
Ini menjadi bagian penting dari budaya Kalimantan Barat. Bahasa Dayak dengan berbagai dialek dan Bahasa Melayu Pontianak menjadi alat komunikasi sehari-hari. Di daerah tertentu, campuran antara Melayu dan Dayak kerap menciptakan dialek unik yang menjadi identitas lokal tersendiri.
“Bahasa itu warisan tak ternilai. Kalau hilang, kita kehilangan akar,” kata Yohanes Selamat, guru bahasa daerah di Sekolah Adat Sungai Utik.
Tato dan Tradisi Ngayau: Makna dalam Simbol
Dalam budaya Dayak, tato bukan sekadar seni tubuh. Tato memiliki makna spiritual, status sosial, dan simbol perjalanan hidup. Di masa lalu, tradisi Ngayau atau berburu kepala menjadi bagian dari sejarah kelam yang kini sudah ditinggalkan. Namun, nilai-nilai keberanian dan ketangguhan dari tradisi tersebut tetap hidup dalam bentuk ritual dan cerita rakyat.
Kearifan Lokal yang Relevan di Masa Kini
Kearifan lokal Kalimantan Barat terus hidup dan relevan di tengah arus modernisasi. Nilai-nilai seperti gotong royong, penghormatan terhadap alam, serta kesadaran hidup harmonis dalam keberagaman menjadi kekuatan utama dalam menjaga stabilitas sosial.
“Kalau kita belajar dari adat dan tradisi, kita akan tahu bahwa masyarakat Kalbar punya sistem sosial yang sangat inklusif dan toleran,” tegas Dr. Rini.
Budaya Kalimantan Barat bukanlah sesuatu yang statis. Ia terus bergerak, menyesuaikan diri dengan zaman, namun tetap berpijak pada akar-akar kearifan lokal yang kuat. Dari rumah panjang hingga panggung seni, dari dapur tradisional hingga bahasa ibu, Kalbar terus merawat warisan budayanya sebagai harta paling berharga.