Prediksi Harga Emas dan Saham: Pasar Mencari Arah di Tengah Ketidakpastian

Inspirasikalbar, Jakarta – Harga emas dunia diperkirakan mengalami koreksi pada perdagangan Senin, 23 Juni 2025, setelah sebelumnya menyentuh level tertinggi dalam sejarah yakni USD 3.344 per troy ounce pada Jumat, 20 Juni 2025. Tekanan terhadap harga logam mulia ini dipicu oleh ketegangan geopolitik yang meningkat, terutama terkait pernyataan Presiden Amerika Serikat Donald Trump tentang kemungkinan aksi militer terhadap Iran.
Pengamat pasar komoditas, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan bahwa meski harga emas biasanya naik di tengah ketidakpastian global, kali ini pasar menunjukkan reaksi berbeda. Ia memprediksi bahwa harga emas berpotensi terkoreksi menuju level USD 3.326 pada awal pekan depan.
“Penyebabnya adalah pernyataan (Presiden AS) Donald Trump yang secara terbuka menyebutkan bahwa akan ada penyerangan terhadap Iran, bersama dengan Israel. Hal ini justru memicu ketidakpastian yang tak sesuai ekspektasi pasar,” ujar Ibrahim dalam keterangannya kepada wartawan, Sabtu (21/6).
Menurutnya, pasar keuangan global sempat mengantisipasi bahwa konflik antara AS, Israel, dan Iran akan meningkatkan permintaan terhadap emas sebagai aset safe haven. Namun, situasi tersebut justru memicu tekanan jual karena pernyataan Trump di anggap terlalu agresif, dan menimbulkan spekulasi liar tentang arah kebijakan berikutnya.
Dolar AS Melemah, Tapi Emas Ikut Turun
Ibrahim juga mencermati bahwa penurunan harga emas terjadi bersamaan dengan pelemahan indeks dolar AS. Fenomena ini di nilainya sebagai sinyal kuat bahwa koreksi harga emas lebih di sebabkan oleh faktor politik ketimbang fundamental ekonomi.
“Biasanya ketika dolar melemah, harga emas justru naik. Tapi sekarang, keduanya turun bersama. Ini menunjukkan bahwa pasar merespons risiko geopolitik bukan dengan mencari perlindungan di emas, melainkan cenderung wait and see,” jelasnya.
Ia menambahkan, pasar merasa kecewa karena eskalasi geopolitik ini tak kunjung jelas dan hanya di dorong oleh retorika tanpa tindakan nyata. Ketidakpastian ini membuat investor memilih untuk mengambil keuntungan jangka pendek dari kenaikan emas sebelumnya.
Prediksi Seminggu ke Depan
Untuk sepekan ke depan, Ibrahim memperkirakan pergerakan harga emas akan cenderung fluktuatif dengan kecenderungan turun, namun masih dalam koridor koreksi wajar. Jika tekanan geopolitik tidak meningkat drastis, emas berpotensi menemukan titik keseimbangan baru.
“Kalau pekan depan tidak ada pernyataan besar dari Trump, misalnya tidak ada serangan atau keputusan militer langsung, harga emas bisa kembali stabil. Selama tidak menembus ke bawah level USD 3.310, maka koreksi ini masih tergolong sehat,” ucapnya.
Ia menilai harga emas akan bergerak di kisaran USD 3.310–3.340 selama sepekan, dengan volatilitas tinggi terutama jika ada perkembangan mendadak dari kawasan Timur Tengah.
Dampak bagi Investor dan Pasar Domestik
Bagi investor emas, terutama di Indonesia, fluktuasi harga ini patut menjadi perhatian. Meskipun tren jangka panjang harga emas masih cenderung naik karena inflasi global dan pelemahan mata uang fiat, namun gejolak jangka pendek seperti ini bisa di manfaatkan untuk strategi akumulasi.
“Investor perlu tenang. Koreksi seperti ini justru bisa di manfaatkan untuk membeli di harga yang lebih rendah, khususnya bagi yang berorientasi jangka panjang,” ujar Ibrahim.
Sementara itu, harga emas dalam negeri juga kemungkinan akan ikut terdampak, meskipun nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bisa menjadi faktor penyeimbang. Jika rupiah melemah, harga emas dalam rupiah bisa tetap tinggi meskipun harga emas global terkoreksi.