Ratusan Pengunjuk Rasa di Swiss Tuntut Pelarangan Israel di Olimpiade 2024

Berita, Internasional295 Dilihat

Inspirasikalbar, Swiss – Ratusan pengunjuk rasa di Swiss pada Rabu (26/6) menuntut agar Israel di larang berkompetisi di Olimpiade 2024 di Paris dengan tuduhan “genosida” yang sedang berlangsung di Gaza.

Para pengunjuk rasa berkumpul di halaman Komite Olimpiade Internasional (IOC) di Lausanne dengan tangan di cat merah bentuk solidaritas terhadap korban sipil di wilayah Palestina.

Mereka meninggalkan bekas tangan merah di pintu masuk gedung, bentuk meyakinkan komite mengambil tindakan terhadap Israel.

Pengunjuk rasa menyoroti bahwa IOC “hanya membutuhkan waktu beberapa hari” untuk mengecualikan Rusia dan Belarus dari Olimpiade 2022 karena perang di Ukraina.

Namun, atlet dari Rusia dan Belarus akan di izinkan berkompetisi di Olimpiade tahun ini sebagai atlet netral, tanpa ikut serta dalam upacara pembukaan dan tanpa menggunakan bendera, lambang, atau lagu kebangsaan.

Tidak ada pejabat dari pemerintah kedua negara yang di undang ke pertandingan pada 26 Juli hingga 11 Agustus.

Demonstran menyebut Israel sebagai “negara kriminal” dengan dua pejabat tinggi yang mendapatkan surat perintah penangkapan oleh jaksa Pengadilan Kriminal Internasional (ICC).

Mereka menuduh Israel “mengolok-olok keputusan pengadilan Pengadilan Kriminal Internasional serta Mahkamah Internasional,” kata sebuah brosur yang di terbitkan oleh para pengunjuk rasa, yang mendesak agar sanksi di jatuhkan terhadap Tel Aviv.

Pengunjuk rasa juga meminta Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk memutuskan hubungan di plomatik dengan Israel, khususnya hubungan perdagangan senjata.

Selain itu memberlakukan boikot budaya dan akademis terhadap negara tersebut, dan mengakhiri perjanjian yang mengizinkan warga negara Prancis untuk bertugas di tentara Israel.

Sekitar 4.000 warga Prancis saat ini di laporkan berpartisipasi dalam agresi militer Israel di Gaza.

Para pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan menentang “genosida” Israel, serta mengibarkan bendera dan spanduk Palestina yang bertuliskan “Boikot Israel, boikot genosida”, “Kemanusiaan telah gagal”, dan “Bebaskan Palestina”.

Protes damai tersebut berlangsung selama dua jam dan berakhir tanpa intervensi polisi.

Israel telah menghadapi kecaman internasional di tengah serangan yang terus berlanjut di Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 meski ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera.

Lebih dari 37.200 warga Palestina telah terbunuh di Gaza, sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak, dan lebih dari 84.900 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.

Sumber :Anadolu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *